slide

Rabu, 18 Mei 2016

Makalah Sosiologi

Posted by Ranti Alfiani
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Individu adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengn lingkungannya. Satu individu dengan individu lainnya atau kelompok lainnya selalu berhubungan erat dan saling membutuhkan satu sama lain. Dengan bersosialisasi individu dapat mengerti, memahami dan mempelajari tingkag laku, kebiasaan, keterampilan dan sebagainya. Lewat sosialisasi warga masyarakat akan saling mengetahui peranan masing – masing dalam masyarakat, dan karenanya dapat berperilaku sesuai dengan peranan sosial masing – masing yang diharapkan oleh norma – norma sosial yang ada, selanjutnya mereka akan menyesuaikan saat melakukan interaksi.
Pendidikan merupakan suatu lembaga dimana proses sosialisasi terhadap peserta didik itu terbentuk. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan serta moral peserta didik. Usia anak didik merupakan usia terpenting dalam sosialisasi. Dan pada umumnya anak didik mempunyai interaksi yang rendah saat pertama atau awal masuk sekolah atau kampus. Mereka yang mempunyai latar belakang yang berbeda – beda harus melakukan sosialisasi yang sangat penting dilakukan untuk tahap selanjutnya dalam proses penerimaan pembelajaran bahkan pada proses tahapan sosialisasi. Dengan adanya sekolah yang merupakan lembaga formal yang terbentuk dari masyarakat modern, dapat diharapkan dapat meningkatkan kepribadian anak didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas budi pekerti.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sosialisasi anak didik ?
2.      Bagaimana sosialisasi anak didik ?
3.      Apa yang mempengaruhi sosialisasi anak didik?
4.      Apa saja media yang dapat digunakan untuk sosialisasi ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Urgensi Sosialisasi
Kimball Young Ary H. Gunawan (2000) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan hubungan interaktif dimana seseorang dapat mempelajari kebutuhan social dan cultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat. Hal ini tampak bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar kepada seseorang agar dapat mengetahui segenap sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, agar nanti dapat hidup dimasyarakat dengan layak. Karena itu, sosialisasi merupakan proses belajar bagi seseorang.[1]
Thomas Ford Hoult (1991) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar dalam kebudayaan suatu masyarakat.
Definisi sosiologi pendidikan, seperti disimpulkan  Abu Ahmadi (1991)[2], yaitu :
1.        Proses sosialisasi merupakan proses belajar yakni suatu proses akomodasi dimana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
2.        Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaan, sikap idea-idea, pola-pola nilai dan tingkah laku, dalam masyarakat dimana dia hidup.
3.        Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkannya sebagai suatu kesatuan system dalam diri pribadi.
S. Nasution (2009)  menuturkan bahwa sosialisai merupakan proses bimbingan individu kedalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan  mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar iya menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus, sosialisasi dapat dianggap  sama dengan pendidikan.[3]
Setiap orang akan memperoleh  proses belajar tentang kemasyarakatan yang didalamnya terdapat beragam aturan, norma dan tradisi. Proses ini bertujuan agar seseorang dapat menjalani hidup ditengah masyarakat secara layak. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses belajar atau pembelajaran bagi setiap orang tentang segala sesuatu didalam masyarakat agar nanti dapat hidup dengan layak ditengah masyarakat.
Untuk mencapai semua itu, individu perlu memperoleh bimbingan dari pelaku sosialisasi: orang tua, pendidik atau guru, dan masyaraat. Dengan sosialisasi dengan baik, individu diharapkan dapat beradaptasi dengan orang lain dimana individu itu berada.
Segala sesuatu yang dipelajari individu harus dipelajari dari anggota masyarakat lain. Secara tidak sadar apa yang diajarkan orang tua, saudara-saudara, anggota keluarga dan sekolah kebanyakan oleh gurunya. Secara tidak sadar individu belajar dengan mendapatkan informasi secara insendental  dalam berbagai situasi sambil mengamati kelakuan orang lain, seperti membaca buku, menonton tv, mendengarkan percakapan orang, menyerap kebiasaan-kebiasan dalam lingkungannya.
Sosialisasi terjadi melalui kondisi lingkungan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan fundamental. Pola kebudayaan fundamental (fundamental culture), seperti berbahasa, cara berjalan, duduk makan, apa yang dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkat sikap yang dianut dalam masyarakat seperti sikap terhadap agama, seks, orang yang lebih tau, pekerjaan, rekreasi, dan segala sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik.
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaikan diri (adjustment). Konsep penyesuaian diri  berasal dari biologis, dan merupakan konsep dasar dalam Teori Evolusi Darwin. Dalam biologis istilah yang digunakan adalah adaptasi. Menurut teori tersebut  hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat bertahan hidup. Manusia dalam hidup dimasyarakat, tingkah lakunya tidak saja merupakan penyesuaian diri terhadap tuntutan fisik lingkungannya, melainkan juga penyesuaian diri terhadap tuntutan dan tekanan sosial orang lain. Tuntutan dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan internal dan eksternal, Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Misalnya kebutuhan akan makan, minum, seks, penghargaan, sosial, persahabatan, kecintaan, dan sebagainya.
·         Adanya sejumlah tuntutan yang menimbulkan tiga pola konflik yang lazim terjadi:
1.    Konflik antara tuntutan internal yang satu dengan tuntutan eksternal yang lain.
2.    Konflik antara tuntutan eksternal yang satu dengan tuntutan eksternal lain.
3.    Konflik antara tuntutan internal dengan tuntutan eksternal.

·         Proses penyesuaian diri dapat dipandang dari dua perspektif. Pertama, kualitas atau afisiensinya. Kedua, proses berlangsungnya.Proses penyesuaian diri  ada empat kriteria yang dapat digunakan
1.    Kepuasan psikis: penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan rasa tidak puas yang menjelma dalam bentuk perasaan  kecewa, gelisa, lesu, depresi dan lainnya
2.    Efisiensi kerja: penyesuaian diri yang berhasil akan menampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal menampak dalam kerja atau kegiatan yang tidak efisien
3.    Gejala fisik: penyesuaian diri yang gagal akan tampak dalam gejala fisik
4.    Penerimaan sosial: penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak setuju masyarakat.

·           Proses penyesuaian diri  memiliki dua tipe
1.    Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan impuls-impuls dalam dirinya
2.    Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah tuntutan atau kondisi-kondisi lingkungannya.

Proses sosial juga merupakan proses belajar individu dalam berperilaku sesuai dengan standar dalam kebudayaan masyarakat. Proses sosialisasi juga dipandang sebagai proses akomodasi, dengan namaindividu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola-pola nilai tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat
·           Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
-       Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dimana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
-       Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana dia hidup.
-       Semua sikap dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diri kepribadian.
Seperti diketahui bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang dalam kehidupannya antara satu dengan yang lain saling membutuhkan, adanya hubungan timbal balik yang saling memerlukan maka membuat kehidupan manusia saling berinteraksi sosial.
Mengingat kehidupan manusia saling membutuhkan dan saling keterkaitan, diperlukan suatu proses sosial. Interaksi sosial dimasyarakat merupakan perwujudan dari kehidupan sosial dari setiap individu, hal ini disebabkan karena manusia memiliki keperluan dan kebutuhan sosial untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan proses sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia akan mengalami proses sosial. Proses tersebut merupakan bentuk hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Dalam hubungan ini tentu pengaruh positif atau yang baik akan menimbulkan kehidupan sosial yang baik pula. Dalam hal hubungan timbale balik ini, proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

B.       Sosialisasi Anak Didik
Proses sosial pada masyarakat pada dasarnya akan mengarahkan juga pada masalah proses sosialisasi pada usia anak. Hal ini cukup beralasan karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai objek penting dalam proses sosialisasi. Sebagai  bagian dari masyarakat anak dituntut dapat hidup bermasyarakat secara baik, dan sebagai proses sosialisasi, anak merupakan individu yang perlu mendapatkan proses belajar bermasyarakat. Anak sebagai objek penting dalam proses pembelajaran mempunyai kedudukan penting dalam proses sosialisasi. Dilihat dari segi umur atau usia anak dapat dipahami dari interval usia: usia bayi: 0-1 tahun; usia anak: 1-12 tahun: usia remaja: 12-15 tahun; usia pemuda: 15-30 tahun: dan usia dewasa: 30 tahun ke atas. Dilihat dari segi budaya, istilah: anak: 0-12 tahun; remaja: 13-18 tahun; dan dewasa: 18-21 tahun ke atas.[4]
Dilihat dari interval usia di atas, yang dimaksudkan anak adalah individu yang berusia 1-12 tahun. Bila dikaitkan dengan usia sekolah, anak yang dimaksudkan adalah anak-anak dan anak usia sekolah dasar. Terlepas dari aspek usia yang lebih penting adalah bagaimana proses sosialisasi pada anak itu sendiri. Karena sosialisasi manusia tetap berlangsung terus selama manusia masih hidup. Tapi, usia anak merupakan usia terpenting dalam sosialisasi. Di keluarga atau rumah tangga, orang berkewajiban mengajarkan anak-anaknya tentang banyak hal, sebagai bentuk peran orang tua dalam sosialisasi. Keluarga, dalam hal ini, sebagai sumber nilai, norma dan sikap.

1.      Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tua. Di dalam keluarga, anak berinteraksi dengan ayah, ibu, dan anggota keluarga lain, keluarga adalah di mana anak memperoleh pendidikan informal berupa kebiasaan. Kebiasaan tersebut bermacam-macam, misalnya tentang cara makan, bertutur kata, bangun pagi dan shalat subuh, kebiasaan bersedekha, kebiasaan salam sebelum berangkat sekolah, gosok gigi, berdoa sebelum tidur, berdoa sebelum makan, bedoa sebelum bepergian, dan lain-lain. Pendidikan informal dalam keluarga sangat embantu anaj dalam proses pembentukan kepribadian.
Sebagai fungsi sosial, selain fungsi biologis, ekonomi dan agama, keluarga memiliki peran sangat krusial dalam proses sosialisasi. Orang tua hendaknya memberi teladan terbaik bagi anak-anak tentang banyak hal dalam konteks proses sosialisasi. Sosialisasi anak diharapkan sebagai bekal kedepan  agar anak dapat  beradaptasi dan berkiprah secara positiff di tengah masyarakat. Bila orang tua mengharapkan anaknya berakhlak  sesuai dengan tuntutan agamanya, anak perlu diberi contoh oleh orang tua tentang beragaam akhlak mulia dan islami. Keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan bertugas membentuk kebiassaan-kebiaasaan positif sebagai fondasi yang kuat di dalam pendidikan informal. Anak akan menuruti kebiasaan-kebiasaan orang tuanya, baik positif maupun negatif.

2.      Sekolah
Sekolah  merupakan tempat dimana anak didik bersosialisasi pada pendidikan formal di sekolaah di mana mereka menuntut ilmu pengetahuan. Setelah masuk sekolah, anak diharapkaan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta  aturan-aturan sekolah yang berlaku. Ketika pada awal masuk sekolah bilaa tidak ddiantaar atau didampingi oranag tua. Hal ini merupakan suatuvproses adaptasi atau menyesuaikan diri anak terhadap lingkungan sekolah yang berbeda dengan lingkungan keluargadi rumah.disekolah anak berinteraksi dengan pendidik, staf kariyawan, teman sejawa. Anak di sekolah memperoleh pendidikan formal berupa nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap mata pelajaran. Dari proses sosialisasi di sekolah anak akan membentuk kepribadian untuk tekun dan rajin belajar, memiliki cita-cita dan lain-lain. Selain itu, anak juga dapat berinteraksi dengan teman sejawat yang memberi dampak negatif, misalnya suka bolos, sikap melawan guru, berkelahi, berbohong, malas, bolos uang belanja, sehingga ahirnya dapat berdampak pada prestasi akademik anak. Elemen sekolah (kepala sekolah, guru, kariyawan, penjaga sekolah) tentu memiliki tanggung jawab penuh dalam proses sosialisasi yang positif pada anaj didik di sekolah.
Sosialisasi sebagai proses belajar dan beradaptasi, di mana anak didik memerlukan kekayaan personal (personal system properties) seperti pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai, kebutuhan, motivasi, kognitif, efektif, dan pola konatif. Pada kemudian hari, mereka dapat beradabtasi (pada aspek : psikologis, sosial, dan budaya, tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menjadi mandiri dalam kehidupannya.

·         Peran sekolah terhadap sisoalisasi anak
1)      Transmisi kebudayaan
2)      Mengadakan kumpulan sosial
3)      Memperkenalkan anak dengan tokoh teladan
4)      Menggunakan tindakan positif

3.      Mayarakat
Masyarakat merupakan tempat dimana anak tinggal dan bersosialisasi dengan orang lain. Di masyarakat anak mendapatkan pendidikan berupa pengalaman hidup. Setiap masyarakat meneruskan kebudayaannya kepada generasi penerus melalui interaksi sosial. Interaksi sosial yang berjalan dengan baik berarti proses sosialisasi terjadi dengan baik. Lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Di masyaraklatlah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar rumah dan sekolah, lingkungan sekitar rumah memberi pengaruh sosial pertama kepada anak di luar keluarga. Di masyarakat anak mengenal lingkungan sosial baru yang berbeda dengan di rumah. Jika dirumah ia akan merengek untuk mendapatkan seduatu, namun di luar rumah ia akan tahu bahwa cara-cara seperti itu akan mendapatkan ejekan. Dalam lingkungan masyarakat anak akan mempelajri hal-hal yang baik, sebaliknya anak juga dapat mempelajari hal-hal yang buruk. Kelakuan sosial anak serta norma-norma lingkungan tempat anak bergaul tercermin padaa kelakuan anak-anak. Disinilah peran seluruh anggota masyarakat menjadi sangat penting.

·         Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi anak
1.      Keteladanan orang tua
2.      Lungkungan bergaul
F.G. Robins dalam Abu Ahmadi (1991) mengungkapkan ada lima faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi anak didik. Kelima faktor tersebut yang menjadi dasar perkembangan kepribadian anak didik. Kelima faktor tersebut yaitu :
1.  sifat dasar,
2.  Lingkungan prenatal
3.  perbedaan individual
4.  lingkungan alam
5.  Motivasi-motivasi[5]

·         Aspek perkembangan manusia
1.      Aspek biologi
2.      Aspek personal-sosial

·         Dasar proses sosialisasi manusia
1.      Sifat tergantung manusia lain
2.      Sifat adaptabilitas manusia

·         Metode Sosialisasi Anak Didik
1.      Metode ganjaran dan hukuman
Dalam proses sosialisasi, hukuman diberikan kepada anak yang bertingkah laku salah, tidak baik, kurang pantas, atau tidak diterima oleh masyarakat. Hukuman dapat berupa fisik atau hukuman sosial. Pemberian hukuman dimaksudkan agar anak menyadari kesalahannya. Sedangkan ganjaran diberikan kepada anak yang berprilaku baik. Ganjaran dapar bersifat materil dan non materil. Dengan ganjaran anak termotivasi untuk selalu berbuat baik.

2.      Metode didactic teaching
Metode ini mengutamakan pengajaran kepada anak tentaang berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan. Metode ini biasanya digunakan dalam pendidikan sekolah,pendidikan agama dan sebagainya.

3.      Metode pemberian contoh
Metode ini merupakan metode di mana pendidik memberi contoh sebagai teladan yang baik. Anak didik cenderung mencontoh semua tingkah laku orang yang ada di sekitarnya. Dengan memberi contoh akan terjadi proses imitasi (peniruan). Yang terjadi secara sadar maupun tidak disadari.[6]
Hendi S dan Ramdani Wahyu (2001) mengungkapkan bahwa sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian, interaksi anak didik dengan lingkungan sosial akan berpengaruh terhadap  pertumbuhan dan perkembangan anak. Pembentukan kepribadian dipengaruhi beberapa faktor :
Pertama, keteladanan orang tua. Kehadiran ornag tua atau orang dewasa dalam keluarga memiliki fungsi pendidikan yang pertama dan utama. Proses sosialisasi oleh anak didik yang dilakukan dengan cara meniru tingkah laku dna tutur kata orang dewasa yang berada dalam lingkungan terdekatnya.
Kedua, warisan biologis orang tua. Setiap manusia normal memiliki persmaan biologis tertentu. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan prilaku seseorang. Karakter, seperti ketekunan, keujuran, dan ambisi.
Ketiga, lingkungan fisik. Perbedaan prilaku kelompok, sebagian besar disebabkanoleh perbedaan iklim, topografi, dan sumber lain.
Keempat, lingkungan pergaulan. Kepribadian seseorang ditentukan juga oleh hubungan dengan orang lain. Citra diri dan harga diri seseorang sangat bergantung pada pilihan pribadi yang bernilai dalam berinteraksi sosial.
Kelima, keyakinan terhadap agama. Agama memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Hal ini dikarenakan agama mengajarkan cara berprilaku, sehingga orang yang taas beragama aknan menampilkan prilaku yaang baik.
Keenam, kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah juga berpengaruh terhadap kehidupan dan prilaku seseorang walaupun hal itu jarang disadari.

C.       Media Sosialisasi
1.      Keluarga, yang merupakan orang pertama yang mengajarkan hal-hal  yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia adalah anggota keluarga.  Orang tua  ataau keluarga  harus menjalankan fungssi sossialisasi. Fungsi  sosialiisasi meruppakan suatu  fungssi yang beruppa peranan orang tua  daalaam pembentukan kepribaddian anak.  Melalui  fungsi in, keluarga  berusaha mempersiapkaan bekal  selengkap-lengkapanya  dengan memperkenalkan pola tingkah laku,ssikap,  keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut dalama  masyaarakat, seerta memperlajari  peranan yang diharapkan akan ddijalankan mereka kelak.

2.      Teman sepermainan dan sekolah, yang merupakan  lingkungan sosial kedua bagianak setelah keluarga, dalam kelompok ini anak akan menemukan berbagai nilai dan norma yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai mengenal harga diri, cita-cita, dan hasrat pribadi.

3.      Lingkungan kerja, yang merupakan proses sosialisi lanjutan. Tempat kerja seorang mulai berorganisasi secara nyata dalam suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu dipelajari dalam lingkungan kerja, misalnya bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana bekerja sama dengan bagian lain, dan bagaimana beradaptasi dengan rekan kerja.

4.      Media massa, yang merupakan sarana dalam proses sosialisasi karena media banyak memberikan informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami keberadaan manusia dan berbagai permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Media massa merupakan sarana yang efektif dan efesien untuk mendapatkan informasi, melalui media, seorang dapat mengetahui keadaan dan keberadaan lingkungan dan kebudayaan,  sehinggga dengan informasi tersebut dapat menambah wawasan seseorang.
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sosialisasi merupakan hubungan interaktif dimana seseorang dapat mempelajari kebutuhan social dan cultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat. Sosialisasi identik dengan makna penyesuaikan diri (adjustment), Dalam biologis istilah yang digunakan adalah adaptasiSosialisasi terjadi melalui kondisi lingkungan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan fundamental. Pola kebudayaan fundamental (fundamental culture), seperti berbahasa, cara berjalan, duduk makan, apa yang dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkat sikap yang dianut dalam masyarakat seperti sikap terhadap agama, seks, orang yang lebih tau, pekerjaan, rekreasi, dan segala sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar